TUGAS SEJARAH
POLITIK
RAJA KERTANEGARA
Disusun oleh:
Wachid Nuraziz Musthafa
23 / XI Akselerasi
SMA N 1 KLATEN
TH. AJARAN 2010 / 2011
Jl. Merbabu No. 13 (0272) 321150. Kode Pos 57423
Kertanagara
1. Riwayat Singkat
Sri Maharaja Kertanagara (meninggal tahun 1292), adalah raja terakhir yang memerintah kerajaan Singhasari. Masa pemerintahan Kertanagara dikenal sebagai masa kejayaan Singhasari, dan ia dipandang sebagai penguasa Jawa pertama yang berambisi ingin menyatukan wilayah Nusantara. Menantunya Raden Wijaya, kemudian mendirikan kerajaan Majapahit sekitar tahun 1293 sebagai penerus dinasti Singhasari.
2. Silsilah
Kertanagara adalah putera Wisnuwardhana raja Singhasari tahun 1248-1268. Ibunya bernama Waning Hyun yang bergelar Jayawardhani. Waning Hyun adalah putri dari Mahisa Wunga Teleng (putra Ken Arok pendiri Singhasari).
Istri Kertanagara bernama Sri Bajradewi. Dari perkawinan mereka lahir beberapa orang putri, yang dinikahkan antara lain dengan Raden Wijaya putra Lembu Tal, dan Ardharaja putra Jayakatwang. Nama empat orang putri Kertanagara yang dinikahi Raden Wijaya menurut Nagarakretagama adalah Tribhuwaneswari, Narendraduhita, Jayendradewi, dan Gayatri.
3. Kekuasaan
Berdasarkan prasasti Mula Malurung, sebelum menjadi raja Singasari, Kertanagara lebih dulu diangkat sebagai yuwaraja di Kadiri tahun 1254. Nama gelar abhiseka yang ia pakai ialah Sri Maharaja Sri Lokawijaya Purusottama Wira Asta Basudewadhipa Aniwariwiryanindita Parakrama Murddhaja Namottunggadewa.
Berdasarkan Prasasti Padang Roco yang bertarikh 1286, Kertanagara bergelar Śrī Mahārājādhirāja Kŗtanagara Wikrama Dharmmottunggadewa.
Kertanagara naik takhta Singhasari tahun 1268 menggantikan ayahnya, Wisnuwardhana. Menurut Pararaton ia adalah satu-satunya raja Singhasari yang naik takhta secara damai. Kertanagara merupakan sosok raja Jawa pertama yang ingin memperluas kekuasaannya mencakup wilayah Nusantara. Namun diakhir hayatnya, Kertanagara terbunuh dalam pemberontakan Jayakatwang.
Pengalamannya menjadi raja muda sudah barang tentu membentuk kepribadian bagi Kertanegara. Adapun sifat Kertanegara itu sebagai Berikut:
a. Terlalu ambisius, dalam hal ini Kertanegara mempunyai semangat yang tinggi dalam upayanya untuk mencapai cita-cita.
b. Mempunyai pandangan yang luas, artinya Kertanegara tidak kuper atau kurang pergaulan.
c. Cakap dan bersikap tegas, hal ini terkait dalam bidang pemerintahan.
Sikap tegas Kertanegara dapat ditunjukkan ketika Ia menolak ultimatum Kaisar Kublai Khan yang menyuruhnya untuk tunduk di bawah kekuasaan Kaisar Cina itu. Penolakan itu dilakukan Kertanegara dengan cara melukai wajah (memotong telinga) Men Khi utusan Kaisar Kublai Khan. Hal ini merupakan penghinaan besar bagi kaisar khan agung.
d. Seorang ahli negara yang ulung, Ia mengatur struktur pemerintahan yang sistematis.
e. Mempunyai pengetahuan yang tinggi terutama di bidang agama, dalam hal ini Ia menulis sebuah buku Rajapatigundala.
f. Ia sebagai pemimpin yang menghormati kebebasan beragama.
g. Kurang hati-hati atau terburu-buru, hal ini terlihat jelas ketika Ia melakukan penyerangan ke Cina, tanpa menghiraukan musuh dalam selimut yaitu Jayakatwang dari Kediri yang pada waktu itu di bawah kekuasaanya.
h. Mudah percaya kepada orang lain.
Pada tahun 1289 datang utusan Kubilai Khan yang bernama Meng Khi, meminta agar Kertanagara tunduk kepada kekuasaan Mongol dan menyerahkan upeti setiap tahunnya. Kertanagara menolak permintaan itu, bahkan melukai wajah Meng Khi. Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa Kertanegara bahkan sampai memotong salah-satu telinga Meng Khi.
Untuk membalas hal itu, beberapa tahun kemudian Kubilai Khan mengirim pasukan yang dipimpin Ike Mese untuk menaklukkan Singhasari. Pasukan tersebut mendarat di Jawa tahun 1293 di mana saat itu Kertanagara telah lebih dulu meninggal akibat pemberontakan Jayakatwang.
4. Pandangan Politik Kertanegara
a. Kebijakan Dalam Negeri
• Pergatian pejabat kerajaan, bertujuan mengalang pemerintahan yang kompak.
Untuk mendukung politiknya, langkah pertama yang dilakukan oleh Kertanegara adalah memecat patihnya bernama Raganata dan menggantinya dengan Kebo Tengah Apanji Aragani. Pemecatan itu dilakukan karena Mapatih Raganata tidak menyetujui pandangan politik baru Kertanegara untuk mempersatukan Nusantara. Raganata tidak menyetujui politik Kertanegara itu karena menurut pendapatnya bahwa keamanan dalam negeri harus lebih diutamakan.
• Memelihara keamanan dan melakukan politik perkawinan. Tujuannya menciptakan kerukunan dan politik yang stabil.
Pandangan politik kedua Kertanegara untuk mengatur stabilitas negaranya adalah merangkul Kediri ke dalam kekuasaanya. Hal ini dilakukan dengan cara, mengangkat Jayakatwang sebagai wakil raja Kediri. Jayatkatwang merupakan keturunan dari Kertajaya raja terakhir Kediri yang berhasil dikalahkan oleh Ken Angrok. Usaha ini dilakukan dengan tujuan untuk mengikat sifat Jayakatwang yang ambisius. Kemudian mengangkat putra Jayakatwang yang bernama Ardharaja sebagai menantu dan mengangkat Banyak Wide, seorang pejabat rendah di Istana menjadi Bupati di Sumenep dengan Arya Wiraradja. Kertanegara juga menikahkan adik perempuannya bernama Turukbali dengan Jayakatwang. Pandangan politik dalam negeri Kertanegara ini terhambat oleh adanya pemberontakan-pemberontakan dalam negeri, namun akhirnya dapat dipadamkan.
• Mengatur susunan pemerintah yang sistematis.
Pemerintahan tertinggi di pegang oleh seorang raja yakni Kertanegara sebagai penguasa tunggal, kedudukan kedua ditempati oleh Dewan Penasehat Raja yang terdiri dari Rakaryan I Hino, Rakaryan I Halu dan Rakaryan I Sirikan, dan kedudukan terakhir ditempati oleh Pejabat Tinggi Kerajaan yang terdiri dari Rakaryan Mapatih, Rakryan Demang, dan Rakaryan Kanuruhan. Susunan pemerintahan ini yang kemudian berlanjut sampai pada kerajaan Majapahit.
b. Kebijakan Politik Luar negeri
Pandangan politik luar negeri Kertanegara di fokuskan pada wawasan “cakramandala”.
• Menggalang persatuan ‘Nusantara’ dengan mengutus ekspedisi tentara ke Kerajaan Melayu (Jambi). Mengutus pasukan ke Sunda, Pahang, Bali.
Penakhlukan di berbagai daerah juga dilakukan oleh Kertanegara, penakhlukan yang pertama dikenal dengan ekspedisi pamalayu yakni penakhlukan terhadap Sriwijaya pada tahun 1275 M. Penakhlukan atas Sriwijaya ini dikarenakan faktor ekonomi, yakni terkait dengan pelabuhan Malayu yang pada waktu masih dikuasai oleh Sriwijaya, pelabuhan ini sangat ramai dan banyak dikunjungi oleh kapal-kapal asing dari India dan Tiongkok. Selanjutnya penaklhukan juga dilakukan oleh Kertanegara atas Bali pada tahun 1284 M .
• Menggalang kerjasama dengan kerajaan lain. Contohnya menjalin persekutuan dengan Kerajaan Campa.
Dalam mengembangkan sayapnya, Kertanegara merangkul kerajaan-kerajaan di pantai Asia Tenggara dan Cina Selatan sebagai mitra sejati. Dalam hal ini Kertanegara bersahabat dengan negeri Campa. Hal ini terbukti dalam prasasti Po Sah dekat Phanrang yang berangka tahun 1306 M yang memberi informasi bahwa Raja Campa Jaya Simihawamana III mempunyai salah seorang permaisuri yang bernama Tapasi. Ia adalah adik Kertanegara.
5. Agama
Dalam bidang agama, Kertanagara memperkenalkan penyatuan agama Hindu aliran Syiwa dengan agama Buddha aliran Tantrayana. Oleh karena itu dalam Pararaton. Kertanagara sering juga disebut Bhatara Siwa Buda.
Menurut Nagarakretagama, Kertanagara telah menguasai semua ajaran agama Hindu dan Buddha, Itu sebabnya Kertanagara dikisahkan pula dalam naskah-naskah kidung sebagai seorang yang bebas dari segala dosa. Bahkan, salah satu ritual agamanya adalah berpesta minuman keras.
Gelar keagamaan Kertanagara dalam Nagarakretagama adalah Sri Jnanabajreswara, sedangkan dalam prasasti Tumpang ia bergelar Sri Jnaneswarabajra. Kertanagara diwujudkan dalam sebuah patung Jina Mahakshobhya (Buddha) yang kini terdapat di Taman Apsari, Surabaya. Patung yang merupakan simbol penyatuan Syiwa-Buddha itu sebelumnya berasal dari situs Kandang Gajak, Trowulan, yang pada tahun 1817 dipindahkan ke Surabaya oleh Residen Baron A.M. Th. de Salis. Oleh masyarakat patung tersebut dikenal dengan nama Joko Dolog.
6. Pemberontakan
Dalam Pararaton dikisahkan, Kertanagara memecat para pejabat yang berani menentang cita-citanya. Antara lain Mpu Raganata diturunkan dari jabatan rakryan patih menjadi ramadhyaksa. Penggantinya bernama Kebo Anengah dan Panji Angragani. Sedangkan Arya Wiraraja dimutasi dari jabatan rakryan demung menjadi bupati Sumenep.
Menurut Pararaton dan Kidung Panji Wijayakrama perombakan susunan kabinet tersebut mengundang ketidakpuasan antara lain dari Kalana Bhayangkara yang memberontak pada tahun 1270 (dalam Nagarakretagama ia disebut dengan nama Cayaraja). Selain itu Nagarakretagama juga menyebutkan adanya pemberontakan Mahisa Rangkah tahun 1280. Disebutkan kalau Mahisa Rangkah adalah tokoh yang dibenci penduduk Singhasari.
Kedua pemberontakan tersebut dapat dipadamkan. Namun pemberontak yang paling berbahaya adalah Jayakatwang bupati Gelang-Gelang yang menewaskan Kertanagara pada tahun 1292.
7. Kematian
Kertanagara tewas akibat pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besannya sendiri. Dikisahkan dalam Pararaton, Kidung Harsawijaya, dan Kidung Panji Wijayakrama, Jayakatwang dipengaruhi Arya Wiraraja supaya memberontak. Jayakatwang merupakan keturunan Kertajaya raja terakhir Kadiri yang dikalahkan Ken Arok leluhur Kertanagara tahun 1222. Sedangkan Arya Wiraraja adalah mantan pejabat Singhasari yang sakit hati karena telah dimutasi ke Sumenep.
Pasukan Jayakatwang dipimpin Jaran Guyang bergerak menyerang Singhasari dari utara. Kertanagara mengirim kedua menantunya, yaitu Raden Wijaya putra Lembu Tal dan Ardharaja putra Jayakatwang untuk melawan. Tetapi Ardharaja kemudian bergabung ke dalam pasukan ayahnya.
Pasukan Jaran Guyang hanyalah pancingan supaya pertahanan ibu kota kosong. Pasukan kedua Jayakatwang menyerang dari selatan dipimpin Patih Kebo Mundarang. Saat itu Kertanagara sedang mengadakan pesta minuman keras sebagai salah satu ritual agamanya. Ia lalu keluar menghadapi serangan musuh. Kertanagara akhirnya tewas dibunuh tentara pemberontak bersama Mpu Raganata, Patih Kebo Anengah, Panji Angragani, dan Wirakreti.
Menurut Nagarakretagama, Kertanagara dicandikan bersama istrinya di Sagala sebagai Wairocana dan Locana, dengan lambang arca tunggal Ardhanareswari.
POLITIK RAJA KERTANEGARA
06.35 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar